Senin, 05 Agustus 2024

Kurs Dollar Rupiah Melemah Imbas Data Ekonomi AS Melambat

Jadikan gambar sebaris


Minggu ini pergerakan Rupiah akan mencoba tembus dibawah 16100, penguatan kurs Rupiah terjadi sejak Jumat minggu lalu, meski secara gradual sangat pelan, Pada minggu lalu Rupiah ditutup di 16,195/16,205. (Rupiah ditutup menguat 35 poin dari penutupan hari sebelumnya di angka 16,230/16,240). JISDOR berada di 16,234. Dari bursa saham dalam negeri, IHSG ditutup melemah 0.24% atau 17.86 poin ke level 7,308.12

Kembali ke pasar USD index, Pagi ini diketahui DXY (Indeks US Dollar) dicatat di angka 103.21, EUR/USD di 1.0916 dan GBP/USD di 1.2786. Hal tersebut merespon kondisi dari market Global, pada hari Jumat (02/08) telah rilis data tenaga kerja utama US yakni US Nonfarm Payrolls (Jul) (MoM) yang mengalami penurunan (act 114K vs prev 179K), serta US Unemployment Rate (Jul) (MoM) yang mengalami peningkatan (act 4.3% vs prev 4.1%).

Selain itu, data US Average Hourly Earnings (Jul) (MoM) juga dirilis lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (act 0.2% vs prev 0.3%). Ketiga rilis data tersebut memberikan sentimen adanya perlambatan pertumbuhan yang signifikan pada pasar tenaga kerja US. Hal tersebut menjadi katalis untuk The Fed dapat segera memangkas suku bunga pada bulan September 2024 mendatang. Merespon hal tersebut, DXY turun 89 poin mencapai level 103.12. 

Sedangkan data ekonomi dalam negeri yaitu, investor sedang menantikan data GDP Q2 Indonesia. Pertumbuhan GDP diproyeksikan meningkat sebesar 3.71% dibandingkan Q1 2024 pada level -0.83% dikarenakan adanya normalisasi aktivitas ekonomi setelah pemilihan umum dan konsumsi yang lebih tinggi secara musiman selama perayaan Ramadan pada Q2 2024. 

Pekan ini, pelaku pasar sedang menanti beberapa rilis data ekonomi diantaranya US ISM Services PMI (05/08), RBA Interest Rate Decision (Aug) (06/08), US Crude Oil Inventories (07/08), China Trade Balance (08/08), dan China Inflation Rate (09/08).

Hari ini (05/08) waktu AS, terdapat rilis data US ISM Services PMI yang menjadi indikator pertumbuhan bisnis dibidang jasa di US yang diproyeksikan meningkat ke level 51 (prev. 48.8). Pada bulan Juni, data tersebut  mengalami kontraksi akibat tingginya harga komoditas.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas pemotongan suku bunga The Fed yang sebelumnya mayoritas pelaku pasar memprediksi sebesar 25 bps, naik menjadi 50 bps sebesar 69.5% (prev 1 week 11.5%). 

Jika probabilitas penurunan suku bunga The Fed semakin tinggi, maka semakin terbuka penguatan Rupiah terhadap US Dollar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar