Jumat, 26 Juli 2024

Bagaimana Peluang Penurunan Suku Bunga USD ?

Jadikan gambar sebaris

Data terbaru dari AS didapat bahwasanya ekonomi US tumbuh lebih kuat dari yang diproyeksikan, ditandai dengan rilis angka GDP QoQ (Q2) di level 2.8% (vs 2.0% cons vs 1.4% prev). Pertumbuhan ini didorong oleh pengeluaran konsumen dan pemerintah yang meningkat. 

Sementara itu dari sisi ketenagakerjaan, US Initial Jobless Claims dirilis lebih rendah dari ekspektasi (235K act vs 237K cons), menunjukkan pasar ketenagakerjaan US yang masih resilien. Semalam juga terdapat rilis data US Durable Goods Orders MoM (Jun) yang dirilis jauh dibawah ekspektasi (-6.6% act vs 0.3% cons), namun data ini tidak terlalu dibobot oleh pasar. Pasca rilis data-data tersebut, DXY sempat naik ke level 104.45.

Dari domestik, mata uang Rupiah diperdagangkan melemah dan sempat traded highest pada level 16,275. Pelemahan ini disebabkan oleh sentimen risk-off antisipasi meeting The Fed dan BoJ minggu depan, yang dilihat sebagai periode volatilitas tinggi. Fokus pelaku pasar hari ini tertuju pada rilis data US Core PCE yang diproyeksikan akan mulai bergerak turun ke target the Fed di 2% (2.5% cons vs 2.6% prev).

Berdasarkan CME Fedwatch Tool, probabilitas pemotongan FFR sebesar 25 bps pada bulan September turun ke kisaran 88.6% (prev 1 day 90.0%).

Merespon hal tersebut, pada sesi US, DXY ditutup tetap pada level 104.39. Di sisi lain, S&P500 melemah 0.51%, DJIA naik 0.20%, dan Nasdaq terdepresiasi 0.93%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar