Kekhawatiran terjadinya inflasi di US secara massive dan akan disusul kenaikan suku bunga USD banyak menjadi sorotan para pelaku pasar dan investor. Namun Fed officials kembali mengulangi pernyataan Powell pada FOMC edisi sebelumnya, Chicago Fed President, Charles Evans, mengatakan bahwa risiko kenaikan harga akan naik tak terkendali relatif kecil. Hal senada juga dikatakan oleh Presiden The Fed Cleveland dan Boston, bahwa kenaikan inflasi merupakan "welcome development" dan hanya akan bersifat temporer.
Sementara itu bursa saham US bergerak relatif sideways dengan S&P500 dan Nasdaq ditutup mixed dengan masing-masing naik 0.07% dan turun 0.37%. Dari pasar obligasi UST kembali melanjutkan rally dengan imbal hasil UST10Y kembali turun sebesar 2.46bps. Sementara itu mata uang USD diperdagangkan mixed terhadap G7 currencies dan masih bergerak dalam range sejak pembukaan awal minggu. DXY pagi ini berada di level 91.29.
|
Bagaimana dengan data ekonomi AS terbaru, diberitakan seblumnya data United States Crude Oil Inventory turun sebesar 7.99 juta barel minggu lalu, dibawah ekspektasi yang adalah turun 2.346 juta barel. Hal ini terjadi karena ekspor naik menjadi 4.1 juta barel dibandingkan minggu lalu sebesar 2.5 juta barel serta impor turun menjadi 1.2 juta barel per hari dari 5.5 juta barel per minggu.
Baca juga : Recovery Ekonomi AS
|
Terdapat sentimen postif terkait ekonomi dalam negeri Indonesia, Data GDP Q1 2021 Republik Indonesia berada pada level -0.74% atau naik dari sebelumnya di -2.19% pada Q4 2020. Meski masih di zona negatif, namun kedalamannya tidak terlalu jauh, sedikit lagi akan menjadi level positif, tentunya hal ini membawa sentimen positif kurs Rupiah untuk kembali menguat terhadap mata uang major,
Prediksi kurs Dollar Rupiah akan diperdagangkan dilevel 14400/14470 dengan kecenderungan penguatan Rupiah lanjutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar