Gelombang kedua Covid-19 di Eropa membuat Kurs valas USD melanjutkan tren penguatan ke level 94.34, hal ini diperkuat oleh sebab gelombang kedua COVID-19 di Eropa dan data services PMI Eropa yang dirilis dibawah ekspektasi. data PMI tersebut memberikan sentimen negatif terhadap EUR dan GBP yang melemah 0.27% dan 0.1% ke level 1.1651 dan 1.2713. Sentimen kontraksi ekonomi dan perlambatan pemulihan ekonomi Eropa semakin didorong oleh rekor penambahan COVID-19 dalam 1 hari di Belanda dengan 2.357 kasus. Hanya dalam periode 1 hari... wowww
Data Services PMI negara-negara Eropa (Perancis, Jerman, UK, dan EU) yang dirilis di bawah ekspektasi dan menunjukan kontraksi ekonomi dan mengonfirmasi kecemasan pasar tentang perlambatan pemulihan ekonomi eropa membuat mata uang EUR dan GBP kembali terpuruk. tentunya kurs EUR dan kurs GBP merupakan 2 mata uang dengan komponen terbesar yang mempengaruhi US dollar index, hal ini menyebabkan DXY menguat ke level tertingginya sejak 23 Juli 2020 di level 94.34.
Update dari bank sentral Amerika Serikat, Gubernur Jerome Powell dan sejumlah member FOMC menyatakan kekhawatirannya terhadap recovery ekonomi US jika stimulus fiskal tidak segera disepakati. hal tersebut senada dengan pendapat Fed chair Chicago yang menyatakan bahwa unemployement rate 5.5% pada akhir tahun akan tercapai dengan asumsi Gedung Putih dan congress berhasil menyepakati relief package aid atau disebut juga stimulus ekonomi. Kekhawatiran bank sentral The Fed membawa indeks saham Wall Street kembali terkoreksi, S&P dan Nasdaq melemah masing-masing 2.4% dan 3%.
Prediksi kurs Dollar Rupiah hari ini akan diperdagangkan di level 14780/14980
Optimisime terkait pertumbuhan ekonomi memang bisa masuk akal karena penggerak ekonomi Indonesia adalah konsumsi domestik, tidak terlalu bergantung pada volume ekspor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar