Pemulihan ekonomi global dan khususnya domestik Indonesia masih jauh api dari panggang, hal ini karena keadaan ekonomi yang masih penuh ketidakpastian ke depannya karena pandemic Covid-19 yang belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. Capital inflow dari investor asing bertahap mulai masuk perlahan.
Para Investor dan pelaku pasar juga memantau perkembangan makroekonomi Indonesia yang pada hari kemarin Kemenkeu juga mengumumkan bahwa defisit APBN dari Januari hingga Juli 2020 telah mencapai IDR 330.80 triliun atau sebesar 2.01% dari PDB. Cukup menyedihkan bahwa Defisit di tahun ini lebih dalam dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 1.16% dari PDB.
Bagaimana dengan prospek penerimaan dari sektor pajak, Secara year to date, penerimaan pajak pemerintah hanya mencapai IDR 711 Triliun atau 50.80% dari target APBN tahun 2020 karena adanya pelemahan harga migas dan lifting minyak serta PPh non-Migas yang juga melemah.
Terkait belanja negara, realisasi pemerintah sudah mencapai IDR 1,252.40 Triliun atau 45.70% dari target tahun ini. Sri Mulyani juga menyatakan bahwa kuartal III-2020, diprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan dikisaran 0 sampai -2% skenario terburuknya. Ditengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, wajar investor untuk fokus pada Surat Berharga Negara yang memiliki tenor pendek hingga 5 tahun.
Sentimen positif pada hari kemarin sentimen risk-on masih mewarnai perdagangan global setelah pemerintah AS melaporkan kelanjutan progress fase satu dengan Tiongkok berjalan dengan lancar, serta adanya laporan dari beberapa perusahaan pembuat vaksin bahwa progress mereka sangat baik serta siap mensupply dalam jumlah yang cukup banyak.
Update dari lelang obligasi, Kementerian Keuangan kemarin menyerap IDR 22 Triliun dari incoming bid yang masuk yaitu sebesar IDR 78.35 Triliun. Incoming bid pada hari ini lebih rendah dibandingkan pada lelang Surat Berharga Negara Konvensional terakhir (11/08) yaitu sebesar IDR 106.01 Triliun. Sesuai ekspektasi bahwa Incoming bid yang masuk pada lelang kali ini masuk pada instrumen FR0086 sebesar IDR 30.00 Triliun (dimenangkan IDR 8.20 Triliun) dan FR0087 sebesar IDR 15.13 Triliun (dimenangkan IDR 5.25 Triliun). Selain itu investor sudah mulai cukup aktif masuk pada instrumen diskonto pada pasar primer karena level yield yang sudah menyentuh target para investor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar