Perkembangan ekonomi Indonesia hari ini terlihat lebih baik dibandingkan negara berkembang lainnya, Paska dirilisnya data Transaksi Berjalan (Current Account Balance) yang defisitnya tercatat lebih rendah pada kuartal dua 2020, pada level 2,90 Milyar US Dollar atau setara 1.18% dari PDB, harga Surat Berharga Negara di pasar obligasi masih cenderung flat.
Kurs Rupiah mulai menguat terhadap US Dollar jelang pengumuman hasil rapat dewan Gubernur siang ini, posisi USD/IDR saat ini di level 14750/14800
Pun demikian, Investor global maupun domestik, cenderung masih wait and see terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini serta langkah kebijakan ataupun stimulus ekonomi yang diambil oleh Pemerintah untuk menanggulangi dampak pandemi Covid-19.
Volume belanja impor bahan baku dan barang produksi kondisinya cukup mengkhawatirkan, Dapat dicermati dari Neraca Perdagangan (Trade Balance) Indonesia dirilis surplus hingga 3.26 Milyar US Dollar, akibat aktifitas impor yang mengalami penurunan hingga -32.55% dan aktifitas ekspor yang turun ke level -9.90%. Hal ini patut diwaspadai bahwasanya aktifitas industri domestik sedang melandai
Namun kondisi ekonomi Indonesia terbilang cukup baik jika dibandingkan negara se-level, terlihat dari perkembangan perekonomian negara besar di Asia seperti Jepang, Thailand, dan Malaysia terus mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang semakin dalam.
Imbas dari keputusan Lockdown beberapa negara Asia, terlihat dari data terbaru beberapa negara di Asia tercatat mengalami resesi ekonomi yang lebih buruk dari krisis ekonomi 1998. Hal ini diperkeruh oleh perseteruan antara dua negara ekonomi terbesar, Amerika Serikat dan China juga terus membayangi kondisi pasar global. Situasi di antara kedua belah pihak semakin memanas, paska Amerika memangkas akses perusahaan teknologi China, Huawei, untuk mengembangkan teknologinya di dalam Amerika dan 21 negara terafilisasi lainnya.
Update dari pasar obligasi, Pada lelang Surat Berharga Syariah Negara kemarin, total jumlah penawaran mencapai Rp 49.37 Triliun. PBS027 menjadi seri yang paling banyak diminati dengan jumlah penawaran mencapai 15.82 Triliun Rupiah. Dengan tingginya penawaran yang diterima, Pemerintah melalui Kemenkeu menyerap 18.75% lebih tinggi dari target awal yaitu sebesar Rp 8 Triliun, menjadi 9.5 Triliun Rupiah. PBS028 dengan tingkat kupon 7.75% menjadi seri yang dimenangkan terbanyak hingga 4.4 Triliun Rupiah dari jumlah penawaran mencapai Rp 8.70 Triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar