Data ekonomi terbaru domestik datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan inflasi Indonesia pada bulan September 2019, yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0.27% sehingga secara inflasi tahunan tercatat sebesar 3.39% (yoy) dan untuk inflasi tahunan atau ytd mencapai level 2.2%. Deflasi pada bulan September lebih besar dari ekspetasi pelaku pasar yang hanya sebesar 0.15%. Deflasi yang terjadi pada bulan September disebabkan adanya penurunan harga pada komoditas dan bahan makanan. Emas menjadi salah satu barang yang mengalami inflasi cukup tinggi. Data domestik yang menarik pada hari ini adalah Credit Defalt Swap (CDS) Indonesia dengan tenor 5 tahun yang naik 17% ke level 90.34 akibat isu demonstrasi yang berkembang.
Update terakhir dari pasar obligasi domestik, Pada lelang SBSN yang diadakan Kemenkeu kemarin, dari incoming bid yang masuk sebesar IDR 28.11 Triliiun dan pemerintah berhasil menyerap IDR 7.12 Triliun atau diatas target indikatif awal. Incoming bid pada hari ini lebih kecil dibandingkan incoming bid pada lelang SBSN sebelumnya. Incoming bid terbesar terdapat pada PBS019 (IDR 5.37 triliun) dan SPNS 6 bulan (IDR 14.86 Triliun), yang hanya dimenangkan IDR 2.80 Triliun dan IDR 1 Triliun.
Sementara itu dilaporkan dari benua Australia, Bank sentral di beberapa negara sudah mulai memasuki masa pelonggaran kebijakan moneter, Bank sentral Australia (RBA) memangkas suku bunga dari 1 persen ke rekor terendah ke level 0.75 persen dalam rapat RBA kemarin. kurs valas AUD/USD sempat menguat setelah rilis pengumuman suku bunga RBA yang sesuai dengan ekspektasi pasar tersebut. Namun, pidato Gubernur RBA Philip Lowe yang mengisyaratkan rencana pemangkasan tambahan membuat kurs valas AUD/USD berbalik melemah ke level 0.6700. Pengumuman RBA kali ini merupakan pemangkasan suku bunga ketiga kalinya dalam lima bulan terakhir yang bertujuan untuk mengatasi masalah peningkatan pengangguran dan lesunya inflasi yang menghambat perekonomian Australia.
Sementara itu, Kurs valas USD diperdagangkan melemah setelah Data yang dirilis Selasa (01/10) malam menunjukkan bahwa aktivitas sektor manufaktur AS di bulan September merosot kelevel 47.8 dan jauh dari ekspektasi market di 50.1. Angka tersebut adalah yang terendah sejak Juni 2009 dan menunjukan sektor manufaktur AS mengalami kontraksi pada bulan September karena kondisi bisnis memburuk di tengah ketegangan perang dagang AS-China. Selain itu, data Construction Spending AS juga hanya tumbuh 0.1 persen di bulan Agustus 2019 masih di bawah ekspektasi kenaikan 0.5 persen. Pada sesi akhir perdagangan indeks dollar DXY trurun 0.3% di level 99.12. kurs valas EUR/USD diperdagankan naik 0.3% ke level 1.0935
Tidak ada komentar:
Posting Komentar