Bank dunia prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di level 5% pada tahun 2019, turun pada level sebelumnya yaitu 5.2%. Faktor eksternal merupakan factor utama yang menyebabkan perlambatan terjadi sehingga berdampak pada kinerja ekspor dan pertumbuhan investasi yang stagnan.
Pelemahan mata uang pada emerging market termasuk rupiah, dapat terdepresiasi kembali karena investor sedang melakukan rebalancing asset dengan menempatkan assetnya kepada safe haven. Lembaga IMF juga memprediksi pertumbuhan ekonomi global juga akan melambat dari level 3.2% menjadi 3%. Ekonom IMF, Gopinath, menyatakan bahwa outlook ekonomi dunia akan sulit untuk diproyeksi dan pemangku kebijakan tidak boleh salah dalam mengambil kebijakan. Ketidakpastian trade war menjadi faktor utama penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Sementara itu, kurs valas USD diperdagangkan melemah terhadap major currencies lainnya disebabkan rilis data retail sales yang merupakan terendah selama tujuh bulan terakhir. Ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga meningkat, dimana Fed fund futures saat ini berada pada level 86% untuk pemotongan bulan ini, dari 72% pada hari kemarin. US Dollar index turun 0.1% ke level 97.928.
Dari Pasar Domestik kemarin, Spot USD/IDR dibuka pada level 14,175/14,180, diperdagangkan dalam rentang 14,167 - 14,190, dan ditutup pada level 14,164/14,174. JISDOR berada pada level 14,187. Perdagangan pasar SBN hari kemarin disebabkan oleh banyaknya sentimen berita dari kawasan Eropa yang menyebabkan pergerakan. Harga SUN Benchmark diperdagangkan mixed 5 – 35 bps dan yield FR0078 ditutup pada level 7.15%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar