Hubungan Harga Minyak dan Kurs Rupiah |
Sebuah kekacauan baru di pasar komoditas minyak telah terjadi, hal ini mempengaruhi kurs valas USD yang diperdagangkan menguat, memperbaiki pelemahan yang dialamai sebelumnya pasca serangan terhadap ladang minyak di Arab Saudi. Harga minyak naik pasca serangan tersebut, dimana ladang minyak dimaksud memproduksi hampir 5% dari produksi global. Selain itu, kenaikan harga minyak juga didorong oleh kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global, dan meningkatnya tensi antara US dan Iran, dimana pemerintahan US menyalahkan negara Iran atas serangan ke Arab Saudi yang kemudian dibantah oleh Iran.
Sesuai update terbaru, Harga penutupan Crude Oil pada hari Jumat ditutup di level 60.22 dan sempat diperdagangkan hingga level 72 kemarin. Hal tersebut disebabkan adanya serangan drone dari Yaman terhadap salah satu minyak kilang yang dimiliki oleh Arab Saudi sehingga mempengaruhi pasokan supply minyak dunia hingga 5%. Tercermin pada pelemahan rupiah yang kembali di atas 14 ribu dan ditutup pada level IDR 14,040. Indonesia sebagai negara importir minyak, membuat investor khawatir terhadap kenaikan harga minyak dan menyebabkan pelemahan rupiah terjadi.
Sementara itu kurs valas USD terhadap CAD sebagai salah satu pasangan mata uang yang terkait dengan harga minyak turun 0.2% ke level 1.3254. Sementara itu dari Inggris, kurs valas GBP terhadap USD turun 0.6% ke level 1.2420 pasca Perdana Menteri Luxembourg, Xavier Bettel, yang menyatakan bahwa ia hanya akan menunda deadline Brexit jika terdapat alasan yang masuk akal.
Kurs Spot USD/IDR dibuka pada level 13,985/14,000, diperdagangkan dalam rentang 14,000/14,058, dan ditutup pada level 14,035/14,045. JISDOR berada pada level 14,020. Sementara itu dari Dari pasar Obligasi, harga SBN melemah 35 – 110 bps akibat kenaikan harga minyak dunia yang sempat menguat sebesar hinggal 20% dari level penutupan kemarin. Pelemahan SBN juga disebabkan oleh data Industrial Production China yang hanya dilevel 4.4% (vs 5.2% survey) atau turun 0.4% secara yoy. Perdana Menteri China, Li Keqiang, dalam wawancara nya menyatakan bahwa sulit untuk ekonomi china dapat tumbuh lebih dari 6% ditengah ketidakpastian global yang terjadi saat ini. Namun, Li melihat bahwa ekonomi China berjalan dari smooth dan memiliki pembangunan yang berkelanjutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar