Kurs valas USD diperdagangkan menguat pada sesi perdagangan Jumat malam, pasca rilisnya data yang menunjukkan bahwa perekonomian US tumbuh tidak selambat yang diperkirakan. Data US GDP Annualized QoQ dirilis tumbuh sebesar 2.1% (ekspektasi 1.8%), sementara US Consumer Spending naik 4.3% (ekspektasi 4.0%). DXY naik 0.1% ke level 97.67. Data-data tersebut mendukung The Fed untuk lebih tidak agresif dalam melonggaran kebijakan moneternya, di mana ekspektasi pemotongan suku bunga sebesar 50 bps di tahun ini turun ke angka 19.4%. Sementara itu, GBPUSD melanjutkan pelemahannya seiring dengan ketidakpastian akan Brexit yang meningkat, dimana janji Perdana Menteri Boris Johnson untuk melakukan negosiasi Brexit ditolak oleh Uni Eropa. Kurs valas GBPUSD turun 0.3% ke level 1.2415.
Rilis Data untuk hari ini (Survey/Prior):
- UK Mortgage Approvals (65.8k/65.4k)
- US Dallas Fed Manufacturing Activity (-5.0/-12.1)
Dari Pasar Domestik, Kurs valas Spot USD/IDR dibuka pada level 13,990/13,995, diperdagangkan dalam rentang 13,990/14,015, dan ditutup pada level 13,999/14,009. JISDOR berada pada level 14,004. Harga SUN Benchmark pada jumat pekan lalu diperdagangkan melemah 20 – 70 bps dengan SUN Benchmark tenor 10 tahun (FR0078) ditutup pada level 7.24%. Pelemahan terjadi pasca Bank Sentral Eropa yang kembali mempertahankan suku bunga nya dan speech dari Mario Draghi, yang bernada cukup optimis bahwa inflasi di kawasan eropa akan kembali naik pada akhir tahun hingga tahun 2020. Sehingga membuka peluang ECB untuk menaikkan suku bunganya di tahun 2020. Hal tersebut mematahkan proyeksi investor bahwa ECB akan bersifat dovish karena perlambatan ekonomi kawasan eropa. Terpilihnya Boris Johnson sebagai PM UK yang baru, menyatakan akan membawa keluar UK dari Eropa dengan ada atau tidak adanya kesepakatan dengan Uni Eropa. Hal tersebut membawa kekhawatiran bahwa kepada investor terhadap ketidakpastian ekonomi di kawasan eropa serta peluang menguatnya USD terhadap mata uang dunia lainnya.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa capital inflow ke Indonesia hingga tanggal 25 Juli 2019 telah mencapai IDR 192.50 Triliun dengan rincian IDR 119.30 Triliun masuk ke pasar SBN dan IDR 72.20 Triliun ke pasar saham. Bank Indonesia melihat bahwa meskipun adanya penurunan suku bunga BI pada beberapa waktu lalu, capital inflow tetap terjaga dengan baik karena stabilnya inflasi dalam negeri dan stabilitas mata uang rupiah yang tetap terjaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar