Penguatan kurs Rupiah terhadap US Dollar mungkin akan berlanjut hari ini, meski banyak beberapa pelaku pasar yang tetap melakukan aksi beli US Dollar memanfaatkan kurs US Dollar yang sedang dalam posisi turun, Dari Pasar FX Global, USD diperdagangkan cenderung stabil meskipun pada Jumat pekan lalu dirilis data US Nonfarm Payroll yang tumbuh sebesar 304k, lebih tinggi daripada periode sebelumnya yaitu naik 220k. Sementara itu, tingkat pengangguran di US secara mengejutkan naik menjadi 4.0% pada Januari, naik dari periode Desember yang sebesar 3.9%. DXY turun 0.03% ke level 95.55. Sebelumnya, USD masih dalam tren melemah seiring dengan ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga The Fed yang terus berkurang akibat proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang kurang baik dan berbagai ketidakpastian global.
Sedangkan dari Pasar Domestik, kurs Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 13,940/13,950, diperdagangkan dalam rentang 13,940-13,980, dan ditutup pada level 13,940/13,945. JISDOR berada pada level 13,978.
baca juga: Prediksi kurs valas hari ini
Lalu berita dari pasar obligasi, Harga SUN benchmark masih melanjutkan penguatan sebesar 50 – 120 bps pekan lalu. Benchmark 10 Yr (FR0078) diperdagangkan pada level 7.83 – 7.92%, terendah sejak November 2018. BPS merilis inflasi periode Januari 2019 sebesar 0.32%, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi dua tahun sebelumnya yaitu 0.62% pada Januari 208 dan 0.97% pada Januari 2017. Adapun inflasi YoY tercatat sebesar 2.82%. Inflasi pada Januari ini tertinggi terjadi pada bahan makanan sebesar 0.92% sementara sektor transportasi terjadi deflasi 0.16%.
baca juga: Fakta menarik seputar Sukuk Tabungan ST003
Pemerintah mengumumkan rencana penerbitan instrumen SBSN ritel kepada investor individu secara online melalui ST-003, jatuh tempo pada 10 Februari 2021. Masa penawaran akan dibuka pada 01 – 20 Februari 2019. Adapun tingkat kupon yang ditawarkan untuk periode 3 bulan pertama (27 Februari – 10 Mei 2019) adalah sebesar 8.15%, berasal dari BI 7-Day Reverse Repo Rate ditambah 215 bps. Pemerintah menetapkan target indikatif mencapai IDR 2 Triliun.