Kurs EUR Mengalami Tekanan Terhadap US Dollar |
Sikap Jerome Powell baru-baru ini yang dinilai pesimistis terhadap ekonomi Amerika Serikat dan Prospek tidak adanya kenaikan suku bunga pada 2019 masih akan menjadi bobot untuk menekan kurs USD terhadap mata uang utama lainnya. Meskipun demikian, masih terdapat sentimen positif terhadap USD, dengan adanya pembicaraan antara pemerintahan Amerika-Cina mengenai trade war yang sudah berlangsung sejak Senin kemarin. Dolar indeks DXY naik 0.25% ke level 95.90 pada akhir sesi. EUR/USD melemah ke level 1.1442, dan GBP/USD melemah ke level 1.2719. Dolar Australia turun ke posisi 0.7139 per USD. USD/JPY menguat ke level 108.63. Penguatan harga minyak dunia (WTI harga USD 49.78/barel dan Brent harga USD 58.72/barel) masih mempengaruhi penguatan mata uang komoditas CAD, yang mengalami penguatan ke level 1.3282 per USD.
Sementara itu dari pasar obligasi, harga SUN benchmark ditutup melemah 40 – 165 bps kemarin. Pada awal sesi perdagangan, yield benchmark 10Yr (FR0078) sempat diperdagangkan hingga level 7.77% sebelum kembali ditutup pada level 7.96% sejalan dengan pelemahan Rupiah terhadap US dollar.
Mengawali tahun 2019, lelang SBSN pertama yang didakan Kemenkeu tahun ini terjadi incoming bid masuk sebesar IDR 17.81 Triliun dan diserap sebesar IDR 8.66 Triliun atau lebih tinggi dari target indikatif awal. Cukup menggembirakan namun perlu jadi perhatian khusus bahwa Indonesia masih rentan terhadap tekanan capital outflow yang bisa terjadi sewaktu-waktu, total kepemilikan asing naik dari IDR 6.61 Triliun menjadi IDR 899.86 Triliun atau ekivalen dengan 37.70% dari total SBN. Hal ini tercermin dengan penurunan yield benchmark tenor 10 Yr sebesar 17 bps