Antisipasi terhadap perlambatan ekonomi global, Bank of Japan memangkas perkiraan pertumbuhan inflasi, tetapi tetap mempertahankan program stimulus besar-besaran, Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda memperingatkan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi dari merebaknya proteksionisme perdagangan oleh negara maju dan ekonomi global yang mulai goyah.
Meningkatnya tensi perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang, semakin menambah keburukan ekonomi Jepang yang saat ini merupakan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia, juga hal ini merusak upaya bertahun-tahun yang dirintis para pembuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan yang sustain dan tahan lama.
Data pada hari sebelumnya menunjukkan volume ekspor Jepang pada bulan Desember turun cukup besar, terbesar dalam dua tahun.
"Sejujurnya, jika ketegangan perdagangan AS-China tak kunjung reda, akan ada risiko serius bagi ekonomi global - pertama tentunya bagi ekonomi kedua negara," Kuroda mengatakan pada konferensi pers
"Untuk saat ini, kemungkinan itu tipis, dan saya berharap mereka akan menyelesaikan ini segera." Seperti yang diharapkan pelaku pasar, Bank of Japan memangkas perkiraan laju inflasi
Tetapi meskipun ada risiko ekonomi global yang meningkat seperti sengketa perdagangan dan Brexit, bank sentral juga mempertahankan pandangannya bahwa ekonomi Jepang akan terus berkembang dengan kecepatan sedang.
Kuroda berucap dengan nada optimis, mengatakan ekonomi Jepang kemungkinan akan terus berkembang hingga tahun fiskal 2020. Dilansir dari Reuters
Namun, jajak pendapat Reuters dari para ekonom baru-baru ini menunjukkan faktor-faktor eksternal telah meningkatkan kemungkinan Jepang memasuki kondisi resesi ekonomi pada tahun fiskal yang dimulai pada bulan April, hal ini tentunya membuat semakin sulit bagi Bank of Japan untuk mencapai target inflasi 2 persen