Senin, 17 Desember 2018
Kurs Dollar Menguat Terbatas Menjelang FOMC Meeting, Prediksi di Kisaran 14575/14650
Info kurs valas hari ini USD/IDR dibuka di level 14580/14620, prediksi kurs dollar terhadap rupiah hari ini di kisaran 14575/14650
Indikasi kurs Valuta Asing, 17 Desember 2018, pukul 08.16 WIB:
USD/IDR: 14605/14630
EUR/IDR: 16495/16550
GBP/IDR: 18355/18415
JPY/IDR: 128.60/129.00
AUD/IDR: 10465/10500
SGD/IDR: 10600/10635
CNH/IDR: 2110/2125
Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14615/14644
2Weeks: 14626/14655
1Month: 14660/14690
2Months: 14725/14760
3Months: 14765/14810
Selayang pandang dari Pasar FX Global, USD masih melanjutkan penguatannya terhadap major currencies lainnya pekan lalu seiring dengan data US Retail Sales yang cukup kuat, yakni tumbuh sebesar 0.2% pada bulan lalu, melebihi ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 0.1%. Hal ini mempertegas bahwa kondisi ekonomi US masih memiliki pijakan yang kokoh. DXY naik 0.43% ke level 97.78. Sementara itu, investor masih terkofus pada pertemuan FOMC mendatang, dimana The Fed diekspektasikan akan menaikan suku bunga. Investor masih belum yakin terhadap berapa banyak kenaikan suku bunga di Tahun 2019 pasca komentar dovish dari official The Fed yang menyatakan bahwa suku bunga telah berada dekat dengan level netral.
Rilis Data untuk hari ini (Survey/Prior):
- ID Exports YoY (4.68%/3.59%)
- ID Imports YoY (11.00%/23.66%)
- ID Trade Balance (-$790m/-$1820m)
- EC CPI Core YoY (1.0%/1.0%)
- EC CPI YoY (2.0%/2.2%)
- EC CPI MoM (-0.2%/0.2%)
- US Empire Manufacturing (20.0/23.3)
Sedangkan dari Pasar Domestik, Kurs Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,500/14,520, diperdagangkan dalam rentang 14,520-14,590, dan ditutup pada level 14,580/14,590. JISDOR berada pada level 14,538. Dari pasar obligasi, SUN benchmark diperdagangkan melemah 35 – 50 bps sejalan dengan pelemahan Rupiah yang ditutup pada level 14,585. Kekhawatiran akan prospek pertumbuhan ekonomi global masih menjadi pemicu sentimen negatif di pasar negara berkembang.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 0.00%. Tingkat suku bunga ini diperkirakan akan dilanjutkan hingga musim panas tahun depan. ECB juga mengumumkan rencana penghentian Quantitative Easing melalui pembelian aset hingga mencapai EUR 2.6 Triliun yang telah dimulai sejak Maret 2015. Dalam konferensi pers, Mario Draghi juga menyatakan bahwa beberapa data ekonomi dirilis lebih buruk dari ekspektasi serta masih ada ketidakpastian global yang mengancam perekonomian Eropa. Prediksi pertumbuhan ekonomi Eropa diturunkan 0.10% menjadi 1.90% pada 2018 dan 1.70% pada 2019.
Pertumbuhan ekonomi China melambat kembali di bulan November ditandai dengan menurunnya data retail sales dan industrial production. Data industrial production hanya mencapai 5.40%, dibawah prediksi sebesar 5.90%. Sementara itu, data retail sales menunjukkan performa terburuk sejak Mei 2003, hanya naik 8.10% YoY. Selain menyebabkan pelemahan mata uang CNY dan AUD, kekhwatiran investor akan perlambatan ekonomi China menyebabkan sebagian besar pasar saham di Asia melemah, yang dipimpin oleh pelemahan indeks Nikkei dan Hang Seng melemah masing-masing 2.02% dan 1.62%.
Sedangkan dari pasar saham, IHSG BEI ditutup melemah sebesar 7,87 poin atau 0,13 persen menjadi 6.169,84. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 0,56 poin atau 0,06 persen menjadi 986,65. Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei melemah 441,36 poin (2,02 persen) ke 21.374,83, indeks Hang Seng melemah 429,56 poin (1,62 persen) ke 26.094,78, dan indeks Strait Times melemah 30,08 poin (0,97 persen) ke posisi 3.081,00.
sumber: trs
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar