Data ekonomi terbaru mengenai Trade Balance Indonesia kurang begitu menggembirakan, Indonesia mencatat defisit perdagangan terlebar jika dihitung dalam kurun waktu lebih dari lima tahun pada bulan November, penyebab utama ya tentunya karena volume ekspor turun, juga menambah tekanan pada kurs Rupiah
Angka Defisit perdagangan mencapai $ 2,1 miliar, angka tersebut terpaut jauh lebih besar dari angka $ 735 juta yang telah diprediksi sebelumnya oleh para ekonom dalam survei Bloomberg, defisit perdagangan kali ini merupakan angka terburuk sejak Juli 2013.
baca juga: Produk Domestik Bruto vs Produk Nasional Bruto
Data volume Impor melonjak 11,7 persen dari tahun sebelumnya, hal ini tercetak dari angka yang dirilis oleh biro statistik pada hari Senin. Ironisnya, angka tersebut adalah laju impor terlemah sejak Maret, terhitung setelah pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi impor, termasuk menerapkan tarif tambahan yang lebih tinggi untuk beberapa barang impor
Sedangkan data volume Ekspor turun sebesar 3,3 persen, penurunan pertama sejak Juni 2017. Tentunya pemerintah tidak tinggal diam, pemerintah akan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, termasuk melalui pemberian insentif dan terus meninjau kebijakan batasan-batasan impor,
Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kepada wartawan di Jakarta. Ke depan Indonesia perlu berhati-hati tentang besaran market share ekspornya, hal ini karena China mungkin akan melakukan langkah penyesuaian antisipasi berlanjutnya perang dagang dengan AS, katanya
Indonesia menjadi yang terburuk di antara negara emerging market lainnya di tahun ini. ditandai dengan buruknya performa kurs Rupiah yang telah turun sebesar 7 persen terhadap US dollar. Membesarnya posisi Defisit neraca transaksi berjalan menjadi perhatian utama investor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar