Selasa, 14 Agustus 2018
Pertumbuhan Ekonomi Turki Cukup Tinggi, Tapi Beban Hutang Valas Sangat Tinggi
Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dan terbilang tinggi dibanding negara sekelasnya tidak membuat Turki terbebas dari ancaman krisis moneter, lalu mengapa hal itu bisa terjadi, Presiden Turki yang baru terpilih kembali, membuat kebijakan yang kurang hati-hati, benar memang pertumbuhan ekonomi cukup masif dan cepat meningkatnya sebesar 7.4%, namun dibalik itu semua percepatan ekonomi Turki selama ini dibarengi dengan hutang luar negeri (dalam mata uang US Dollar) yang cukup besar dan kurang terukur
baca juga : Krisis Moneter Turki dan Ancaman Inflasi
Banyak korporasi besar di Turki yang memiliki portfolio hutang dalam bentuk valas US Dollar, sedangkan pemasukan mereka dalam mata uang lokal yaitu Lira, begitu mata uang US Dollar menguat karena rencana the Fed menaikkan suku bunga acuan, sudah jelas kurs Lira Turki melemah, sudah dipastikan beban hutang korporasi-korporasi tersebut membengkak, HANYA karena selisih kurs
baca juga: Krisis moneter Turki, US dollar dan safe haven currency lainnya menguat tajam
Begitu Presiden Erdogan terpiliih kembali, akses kredit dibuka selebar-lebarnya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Turki, Bank sentral Turki sudah mulai ancang-ancang untuk meredakan pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat ini dengan menaikkan suku bunga dan menekan inflasi, namun Erdogan menilai lain, bahwa inflasi tinggi karena suku bunga tinggi, intervensi terlalu dalam terhadap bank sentral dinilai negatif bagi investor dan pelaku pasar, hal ini mendorong pelemahan kurs Turki Lira terjun bebas tanpa parasut
baca juga: India ancang-ancang untuk Antisipasi Currency War
Hal ini diperparah dengan kondisi Amerika yang mulai agresif menerapkan deliberalisasi perdagangan internasional mereka, melalui kebijakan penuh kontroversi oleh presiden Trump, rencana kenaikan suku bunga The Fed dan harga minyak yang semakin tinggi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar