Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda terus menerus mendorong perubahan pada program stimulus moneter radikalnya, karena bank sentral sedang mempersiapkan rencana besar untu terus mendorong inflasi naik dalam jangka panjang
Sembari tetap kukuh tidak merubah kebijakan utamanya yaitu, suku bunga negatif dan pasang target imbal hasil 10 tahun, Bank of Japan mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi stress level pada bank dan mengurangi riak-riak distorsi yang terjadi di pasar, yang tentunya berasal dari program radikal stimulusnya Bank of Japan. Namun Kuroda juga mengindikasikan bahwa BOJ akan mentolerir imbal hasil 10 tahun jika luput dari target atau menyimpang sebesar 0,2 persen dari nol, dibandingkan dengan 0,1 persen pada posisi sekarang.
Pun juga Bank of Japan memangkas proyeksi inflasinya, untuk berusaha meningkatkan prosentasi inflasi menjadi 2 persen, yang memang mebutuhkan perjuangan yang agak lama, hal ini sesuai dengan pernyataan resmi Bank of Japan: "Memperkuat Framework untuk Pelonggaran Moneter Berkelanjutan yang Kuat dan Stabil.
Bank of Japan juga menambahkan tentang program pembelian obligasi yang menyatakan bahwa "imbal hasil dapat bergerak ke atas dan ke bawah sampai taraf tertentu terutama tergantung pada perkembangan dalam aktivitas ekonomi dan harga."
Bank of Japan mengatakan akan mengalihkan pembeliannya atau intervensi pada perdagangan di bursa ke aset yang terkait dengan indeks saham Topix, dan menjauhi perdagangan yang terkait dengan Nikkei 225 Stock Average, juga tentunya tetap menjaga size keseluruhan tidak berubah."
Bank of Japan saat ini tetap mencermati outlook indeks harga konsumen inti naik 1,5 persen pada tahun fiskal 2019, turun dari 1,8 persen. Bank of Japan juga menurunkan proyeksi untuk tahun fiskal 2018 menjadi 1,1 persen, turun dari 1,3 persen. Untuk tahun fiskal 2020, diperkirakan 1,6 persen, turun dari 1,8 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar