Analisis Fundamental dalam membobot pergerakan kurs valas sering digunakan oleh banyak investor dan forex trader, Dalam menganalisis faktor ekonomi yang memengaruhi kondisi fundamental perekonomian suatu negara, indikator makro-ekonomi merupakan salah satu indikator yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental ekonomi itu sendiri
Bicara tentang Indikator Makro-Ekonomi, ada beberapa item penting yang menjadi acuan, apa saja indikator makro ekonomi itu, Indikator makro-ekonomi meliputi Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB), posisi surplus defisit neraca perdagangan, purchasing power parity, tingkat suku bunga, dan informasi dalam Beige Book. indikator ekonomi makro ini hanya sebagian indikator untuk menilai atau membobot pergerakan kurs valas
Lalu apakah berbeda acuan Indikator makro-ekonomi di beberapa negara?, yang biasanya digunakan di Indonesia adalah GDP (gross domestic product) dan tingkat suku bunga. Penjelasan dari masing-masing indikator makro-ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gross Domestic Product
GDP adalah besaran nilai total barang yang diproduksi dan jasa yang diberikan dalam suatu negara selama satu tahun, tanpa memperhatikan bahwa barang dan jasa tersebut dihasilkan oleh siapa (warga negara domestik atau asing sepanjang barang dan jasa dihasilkan di dalam negeri) atau dihasilkan dari aset milik siapa (milik warga negara domestik atau asing sepanjang aset tersebut terdapat di dalam negeri). Dengan kata lain, GDP pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. GDP adalah ukuran utama yang digunakan untuk mencerminkan tingkat pendapatan suatu negara.
2. Gross National Product
GNP adalah nilai total barang yang diproduksi dan jasa yang diberikan suatu negara selama satu tahun, dengan memperhatikan bahwa barang dan jasa tersebut hanya dihasilkan oleh warga negara dari negara bersangkutan, baik warga negara yang tinggal di dalam negeri
3. Surplus Defisit Neraca Perdagangan
Surplus defisit neraca perdagangan merupakan selisih antara nilai ekspor dikurangi nilai impor sebuah negara. Nilai surplus menunjukkan bahwa nilai ekspor lebih besar dibanding impor dan sebaliknya nilai defisit menunjukkan bahwa nilai impor lebih besar dibanding ekspor.
4. Purchasing Power Parity
Purchasing power parity merepresentasikan hubungan antara harga barang dan jasa dengan nilai tukar mata uang asing. Purchasing power parity merupakan suatu model yang menerangkan bahwa dalam kondisi kesetimbangan (equilibrium), jika harga sebuah barang dengan standar tertentu di Indonesia adalah Rp100.000 dan kurs USD/IDR Rp12.500, maka harga barang tersebut di AS seharusnya adalah $8 (Rp100.000 / Rp12.500), ceteris paribus.
5. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga merupakan hasil pengumuman kebijakan suku bunga bank sentral yang akan dijadikan sebagai patokan bagi bank-bank lainnya di negara tersebut. Suku bunga tersebut pada akhirnya akan menentukan besarnya suku bunga deposito, kredit, tabungan dan berbagai kebijakan pinjam-meminjam lainnya pada dunia perbankan di negara itu. Dapat dikatakan kebijakan tingkat suku bunga merupakan salah satu aksi bank sentral terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di negaranya. Di Indonesia, tingkat suku bunga yang dijadikan acuan adalah tingkat suku bunga transaksi reverse repo 7 hari dari Bank Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar